Jasindopt.com – Resesi Ekonomi adalah suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara sedang memburuk. Resesi ekonomi biasanya identik dengan penurunan harga (deflasi) dan kenaikan harga yang tajam (inflasi) dalam proses yang disebut stagflasi.
Resesi ekonomi akan membuat pendapatan negara dari pajak dan non pajak menjadi lebih rendah. Ini karena penghasilan masyarakat menurun hingga harga properti yang anjlok dan akhirnya memicu rendahnya jumlah PPN ke kas negara. Penyebab ekonomi memburuk bisa berbagai macam, contoh Seperti diketahui, akibat pandemi Covid-19, akibat perang Rusia-Ukraina merupakan salah satu pemicu resesi ekonomi di beberapa negara.
Penyebab ekonomi memburuk bisa berbagai macam, contoh Seperti diketahui, akibat pandemi Covid-19, akibat perang Rusia-Ukraina merupakan salah satu pemicu resesi ekonomi di beberapa negara.
Resesi ditandai dengan melemahnya perekonomian global, Resesi ekonomi akan mengakibatkan penurunan semua aktivitas ekonomi seperti keuntungan perusahaan, lapangan kerja, dan investasi secara bersamaan.
Bahkan hal ini telah menyebabkan angka pengangguran dan jumlah penduduk miskin di berbagai negara juga ikut meningkat sebagai konsekuensi lesunya perekonomian.
Apa Itu Resesi?

Pengertian resesi menurut Wikipedia adalah dalam ekonomi makro resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.
Resesi dapat juga diartikan sebagai penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan, berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.
Resesi sering diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi), atau, kebalikannya, meningkatnya harga-harga secara tajam (inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi.
Resesi ekonomi yang berlangsung lama disebut depresi ekonomi, yaitu suatu keadaan terjadi penurunan aktivitas ekonomi yang parah dan berkepanjangan.
Penurunan drastis tingkat ekonomi (biasanya akibat depresi parah, atau akibat hiperinflasi) disebut kebangkrutan ekonomi (economy collapse).
Kolumnis Sidney J. Harris membedakan istilah-istilah atas dengan cara ini: “sebuah resesi adalah ketika tetanggamu kehilangan pekerjaan; depresi adalah ketika kamu yang kehilangan pekerjaan.”
Penyebab Resesi

Hal pertama yang menjadi penyebab terjadinya resesi ekonomi adalah terjadinya guncangan ekonomi secara mendadak sehingga menimbulkan masalah keuangan yang sangat serius.
Contohnya seperti guncangan ekonomi yang beberapa tahun lalu pernah terjadi akibat pandemi yang melanda dunia. Berikut ini faktor-faktor yang menyebabkan resesi, yaitu:
1. Produksi dan Konsumsi yang Tidak Seimbang

Keseimbangan antara produksi dan konsumsi atau daya beli masyarakat merupakan dasar pertumbuhan ekonomi.
Namun, apabila produksi dan konsumsi tidak seimbang, akan terjadi masalah pada siklus ekonomi.
Jika produksi yang tinggi tidak dibarengi dengan daya beli masyarakat yang tinggi pula, maka akan mengakibatkan penumpukan persediaan barang.
Sebaliknya, jika produksi rendah sedangkan daya beli masyarakat tinggi sehingga menyebabkan kebutuhan masyarakat tak terpenuhi, maka negara harus melakukan impor.
Dan hal tersebut menyebabkan penurunan laba perusahaan dan lemahnya pasar modal.
2. Utang yang Berlebihan

Ketika individu atau bisnis memiliki terlalu banyak utang, dan tak mampu membayar tagihan mereka, dapat menyebabkan kebangkrutan kemudian membalikkan perekonomian.
Kebangkrutan satu individu/bisnis yg menjadi pengutang dapat mempengaruhi individu/bisnis lain yg mempunyai piutang, dan akan memberikan efek domino kepada rekan bisnis yg lain.
3. Penggelembungan Aset

Penggelembungan aset terjadi ketika investasi didorong oleh emosi. Misalnya pada 1990-an saat pasar saham mendapat keuntungan besar. Mantan Pemimpin FED, Alan Greenspan sering mengungkapkan istilah dengan nama “kegembiraan irasional.”
Investasi yang didorong oleh emosi ini menggembungkan pasar saham, sehingga ketika gelembungnya pecah, maka akan terjadi panic selling yang tentunya dapat menghancurkan pasar dan menyebabkan resesi.
4. Inflasi

Inflasi adalah tren harga yang stabil dan naik dari waktu ke waktu. Inflasi bukanlah hal yang buruk bagi ekonomi. Tetapi inflasi yang berlebihan dapat membahayakan resesi.
Bank Sentral Amerika Serikat maupun Bank Indonesia, umumnya menaikkan suku bunga untuk menekan aktivitas ekonomi.
Inflasi yang tak terkendali adalah masalah yang pernah dialami Amerika Serikat pada tahun 1970-an. Dengan adanya inflasi, maka kemampuan berbelanja masyarakat menurun diakibatkan harga berbagai barang menjadi mahal.
5. Deflasi

Deflasi adalah saat harga turun dari waktu ke waktu, yang menyebabkan upah menyusut, yang selanjutnya menekan harga. Ketika deflasi lepas kendali, orang dan bisnis berhenti berbelanja, mana hal ini berdampak pada ekonomi suatu negara.
Deflasi yang tak terkendali pernah dialami Jepang yang menyebabkan resesi. Jepang berjuang sepanjang tahun 1990-an untuk keluar dari resesi tersebut.
Apabila inflasi mempengaruhi harga barang yg menjadi sulit dibeli, deflasi mempengaruhi ekonomi/kekayaan masyarakat untuk membeli. Hal ini terjadi disaat inflasi atau deflasi diluar kendali.
6. Guncangan Ekonomi yang Mendadak

Guncangan ekonomi yang mendadak dapat memicu resesi serta berbagai masalah ekonomi yang serius. Mulai dari tumpukan hutang yang secara individu maupun perusahaan.
Banyak utang yang dimiliki kemudian otomatis membuat biaya pelunasannya juga meninggi. Biaya dalam melunasi hutang tersebut lama-lama akan meningkat ke titik dimana mereka tidak dapat melunasinya lagi.
7. Perkembangan Teknologi

Berkembangnya teknologi juga menyumbang faktor terjadinya resesi. Sebagai contoh pada abad ke-19, terjadi gelombang peningkatan teknologi hemat tenaga kerja.
Revolusi yang dinamakan juga revolusi industri ini kemudian membuat seluruh profesi menjadi usang, dan memicu resesi. Saat ini, beberapa ekonom khawatir bahwa Artificial Intelligence (AI) dan robot akan menyebabkan resesi lantaran banyak pekerja kehilangan mata pencahariannya.
8. Pertumbuhan Ekonomi Merosot Selama Dua Kuartal Berturut-turut

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikasi yang digunakan dalam menentukan baik tidaknya kondisi ekonomi suatu negara.
Jika pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan maka negara tersebut masih dalam kondisi ekonomi yang kuat. Begitu pula sebaliknya, jika PDB mengalami penurunan maka pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan mengalami resesi.
9. Nilai Impor Lebih Besar Dari Ekspor

Negara yang tidak dapat memproduksi kebutuhannya sendiri kemudian mengimpor dari negara lain. Sebaliknya, negara yang memiliki kelebihan produksi dapat mengekspor ke negara yang membutuhkan komoditas tersebut.
Sayangnya, nilai impor yang lebih besar dari nilai ekspor dapat berdampak pada perekonomian yaitu defisitnya anggaran negara.
10. Tingkat Pengangguran Tinggi

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor yang berperan penting dalam penggerak perekonomian. Jika suatu negara tidak mampu menciptakan lapangan kerja yang berkualitas bagi para tenaga kerja lokal, maka tingkat pengangguran meningkat. Risikonya adalah tingginya tingkat kriminal guna memenuhi kebutuhan hidup.
Dampak Resesi

Resesi adalah kondisi yang tidak menguntungkan bagi perekonomian. Saat resesi ekonomi terjadi, hampir semua jenis bisnis baik yang berskala besar maupun berskala kecil akan terkena dampaknya.
Secara umum, dampak dari resesi ekonomi adalah adanya perlambatan ekonomi yang akan membuat sektor riil menahan kapasitas produksinya. Sehingga mendorong kenaikan pemutusan hubungan kerja (PHK). Bahkan, beberapa perusahaan mungkin mengalami kebangkrutan.
Selain itu, kinerja instrumen investasi juga akan mengalami penurunan sehingga investor cenderung menempatkan dananya dalam bentuk investasi yang aman. Ekonomi yang semakin sulit pasti berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat karena mereka akan lebih selektif menggunakan uangnya dengan fokus pemenuhan kebutuhan terlebih dahulu.
Bagi pemerintah, dampak dari resesi ekonomi adalah pinjaman pemerintah akan melonjak tinggi. Sebab pemerintah di setiap negara membutuhkan dana yang cukup untuk membiayai berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan upaya pembangunan negara.
Sumber pendapatan negara yang berasal dari pajak dan nonpajak juga menjadi sangat rendah. Sebab saat resesi, pekerja menerima penghasilan lebih rendah, sehingga pemerintah menerima pajak penghasilan yang lebih rendah.
Di sisi lain, pembangunan tetap dituntut untuk terus dilakukan di berbagai sektor pemerintahan termasuk dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya. Hal inilah yang kemudian menyebabkan pengeluaran pemerintah dalam hal pembayaran kesejahteraan rakyat, seperti tunjangan atau bantuan sosial, subsidi, dan lain sebagainya.
Penurunan pendapatan pajak dan meningkatnya pembayaran kesejahteraan mengakibatkan defisit anggaran dan kian meningginya utang pemerintah. Seperti diketahui, pandemi Covid-19 merupakan salah satu pemicu resesi ekonomi di beberapa negara. Bahkan hal ini telah menyebabkan angka pengangguran dan jumlah penduduk miskin di berbagai negara juga ikut meningkat sebagai konsekuensi lesunya perekonomian.
Adapun dampak dari adanya resesi selain menurunnya perputaran barang/jasa adalah sebagai berikut:
- Ketersediaan/Supply barang menurun yang dikarenakan pabrik mengurangi produksi.
- Pemutusan hubungan kerja yang mengakibatkan banyaknya pengangguran dan kemiskinan.
Kebijakan yg akan dilakukan pemerintah saat resesi adalah menurunkan suku bunga sehingga diharapkan masyarakat menarik uang dari bank dan akan menyebabkan jumlah uang beredar bertambah. Dengan jumlah uang beredar bertambah akan berpotensi menyebabkan konsumsi bertambah dan perputaran usaha di masyarakat membaik.
Catatan: Adakalanya salah satu penyebab resesi adalah kenaikan suku bunga yg dilakukan pemerintah (misal untuk menstabilkan inflasi) sehingga perlu kebijakan untuk menurunkan kembali suku bunga.
Dikutip dari bebagai sumber, berikut faktor-faktor penyebab Resesi:
- Kehilangan kepercayaan terhadap investasi dan perekonomian.
- Tingkat pengangguran yang tinggi dalam suatu negara.
- Suku bunga yang meroket.
- Pertumbuhan ekonomi yang menurun selama dua kuartal berturut-turut.
- Jatuhnya pasar modal atau saham.
- Jatuhnya harga dan penjualan sektor properti.
- Pesanan produksi pabrik yang menurun.
- Terjadinya deregulasi atau pengurangan aturan yang akan menghambat aktivitas ekonomi tertentu.
- Manajemen yang buruk.
- Kontrol upah.
- Penurunan pasca perang.
- Krisis kredit, seperti penurunan penyaluran kredit perbankan.
- Nilai aset yang menggelembung, dimana aset seperti properti, saham, dan emas nilainya meningkat (inflasi) menuju tingkat keseimbangan baru.
- Adanya deflasi, kondisi ketika harga turun dari waktu ke waktu dan menyebabkan upah menyusut, kemudian menekan harga.
Jadi, kalau BBM Naik, Sembako Naik, PHK dimana-dimana akibat perusahaan tutup, atau sebaliknya harga anjlok juga bisa menyebabkan resesi di suatu negara. Nah, itu dia tanda tanda Resesi ekonomi paling gampang kita ketahui.
Penyelamat Ekonomi saat Resesi Bukan Pengusaha Besar, tapi UMKM

Contohkan Krisis ekonomi 1998, saat itu defisit ekonomi Indonesia 13 persen, inflasi melonjak menjadi 88 persen, dan cadangan devisa tinggal US$ 17 miliar. Pengusaha besar, sebagian besar malah lari atau mempailitkan diri dalam kondisi ekonomi yang genting.
Kemudian pada masa pandemi Covid-19, hampir semua pengusaha besar loyo, kecuali tambang. Pada saat yang sama, UMKM justru mengambil peran yang sangat penting dalam membangkitkan ekonomi nasional.
Selain itu, dari lapangan pekerjaan di Indonesia sebanyak 131 juta, 120 juta di antaranya adalah UMKM. Kemudian di sisi lain, UMKM berperan mengisi 61 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Kendati begitu, pemerintah belum hadir seutuhnya untuk mengurus UMKM. Padahal dari total usaha 100 persen usaha di Indonesia, UMKM mendomisasi sekitar 99,3 persen.
Pengertian Resesi Ekonomi Melansir Dari Berbagai Sumber

Resesi ekonomi atau resesi adalah istilah yang barangkali sering terdengar di telinga. Namun, sebagian orang masih belum mengenal apa itu resesi dan dampaknya bagi perekonomian.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti resesi adalah kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, dan sebagainya (seolah-olah terhenti); menurunnya (mundurnya, berkurangnya) kegiatan dagang (industri).
Dikutip dari laman sikapiuangmu.ojk.go.id, arti resesi ekonomi atau resesi adalah suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara sedang memburuk. Hal ini ditandai dengan adanya penurunan produk domestik bruto (PDB), meningkatnya pengangguran, serta pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Sementara itu, dikutip dari Investopedia, resesi adalah periode penurunan kinerja ekonomi di seluruh perekonomian yang berlangsung selama beberapa bulan.
Menurut Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER), resesi adalah penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh perekonomian, berlangsung lebih dari beberapa bulan. Penurunan ini terlihat dalam PDB riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir-eceran.
Usaha Apa Yang Bisa Bertahan Jika Terjadi Resesi Ekonomi?

Aneh tapi nyata disetiap ada masalah ekonomi tidak selalu berdampak buruk bagi semua orang, justru kebalikannya momen yang tepat untuk menjadi orang kaya. Saat Pandemi Covid-19 usaha yang paling diuntungkan adalah usaha yang bergerak di bidang kesehatan seperti:
- Rumah Sakit
- Klinik
- Lab Kesehatan
- Pabrik yang memproduksi alat kesehatan,
- Bergerak di bidang toko daring
- Bergerak di bidang pengiriman (ekspedisi)
Bahkan ada sebuah fakta menginfokan bahwa jumlah orang kaya di Indonesia pada tahun lalu semakin bertambah meskipun kondisi sedang memprihatinkan karena terjadi wabah pandemi COVID-19. Jumlah orang kaya bertambah salah satunya disebabkan oleh kenaikan harga aset.
Pandemi mengakibatkan perekonomian Indonesia merosot (kontraksi). Namun, jumlah orang dewasa dengan kekayaan di atas USD1 juta naik tajam sebesar 61,7%, dari 106.215 orang tahun 2019 menjadi 171.740 orang.
Lebih lanjut, mengintip laporan Credit Suisse yang dikutp dari CNBCIndonesia, jumlah orang dengan kekayaan di atas US$ 1 juta atau setara dengan Rp 14,49 miliar (kurs dollar Rp 14.486) di Indonesia ada sebanyak 172.000 orang. Bertambah 62,3% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy.
Lalu, Industri Apa Saja yang Tahan Banting Menghadapi Resesi? Mengutip dari berbagai sumber bahwa industri bisnis yang mempunyai ketahanan pada saat resesi, yaitu:
- Kesehatan
- Pendidikan
- Pangan
- Teknologi & komputer
- Toko Emas
Kesamaan dari industri tersebut yaitu mereka tidak sensitif terhadap kenaikan suku bunga acuan dan industri tersebut dibutuhkan oleh banyak orang ketika ekonomi sedang resesi atau booming.
Lima peluang usaha ini diyakini mampu tahan saat kondisi resesi, terlebih saat ini ancaman resesi semakin nyata. Resesi merupakan kondisi yang menandakan kerapuhan fundamental ekonomi dan membawa dampak yang sangat besar terhadap masyarakat.
Salah satunya adalah meluluh lantahkan sektor bisnis yang membuat banyak orang merintih kesusahan. Lantas bisnis usaha apa yang bakal tahan resesi? Berikut rangkumannya :
1. Bisnis Kuliner

Bisnis kuliner hingga hari ini dianggap sebagai peluang bisnis yang tahan krisis. Alasannya tak lain karena masyarakat membutuhkan pasokan makan dan minum di kondisi apa pun.
Dengan modal yang relatif kecil dan tenaga kerja yang tidak terlalu banyak, sektor kuliner memiliki perputaran arus kas yang terbilang cepat.
Namun, perlu diingat bahwa bisnis kuliner mungkin akan goyah ketika terjadi krisis besar dan perputaran uang yang besar dalam waktu singkat.
2. Warung Sembako

Memiliki warung sembako atau toko kelontong memang tak bisa dianggap sebelah mata. Siapa sangka, usaha ini merupakan salah satu usaha paling kebal terhadap krisis.
Bagaimana tidak, dalam kondisi dan keadaan apapun, orang-orang tentu masih harus memenuhi kebutuhan dasar mereka terutama dalam hal makanan pokok, seperti beras, minyak, lauk pauk, dan lain sebagainya.
3. Membuka Toko Emas

Toko emas atau menjual emas simpanan Anda memang salah satu peluang usaha yang anti krisis. Alih-alih terkena dampak ekonomi, seperti pelemahan nilai tukar rupiah, justru harga emas akan melonjak pesat dan memberikan keuntungan yang sangat besar bagi Anda.
4. Jasa Pembayaran Online

Jasa berbasis teknologi digital dianggap mampu bertahan dalam kondisi krisis sekalipun. Bahkan, jasa daring disebut dapat mengatasi persoalan ketika masyarakat dibatasi ruang geraknya akibat PSBB.
Transaksi berbasis online dianggap memudahkan masyarakat serta memiliki keuntungan berlimpah. Namun, tentunya ini tergantung dari jumlah transaksi yang dilakukan.
5. Bisnis Kesehatan

Apa pun situasinya, masyarakat tetap membutuhkan layanan kesehatan sebagai kebutuhan primer. Apalagi di tengah pandemi seperti ini, di mana tenaga kesehatan menjadi garda terdepan untuk menjamin kesehatan masyarakat.
Hal inilah yang membuat produk atau usaha di bidang kesehatan menjadi salah satu yang dapat bertahan dan patut dipertimbangkan.
Nah, itulah penjelasan singkat mengenai apa itu resesi ekonomi, penyebab resesi, dampaknya bagi perekonomian suatu negara beserta usaha yang bertahan saat terjadi Resesi.