Jasindopt.com – Sebagian kita telah mendengar pepatah “Ketika kita melakukan kebaikan, kebaikan itu akan kembali pada kita” dan sebagian besar itu memang benar. Namun terkadang hal itu tidak selalu berujung pada kebaikan pula.
Anda mungkin pernah mendengar sebuah pepatah “Seperti menolong Anjing terjepit” yang dapat diartikan sebuah ungkapan untuk orang yang tidak mengenal arti balas Budi.
Seorang filsuf berkebangsaan Yunani, Aristoteles mengungkapkan jika manusia itu dikodratkan untuk hidup bermasyarakat. Selain makhluk individu, manusia juga merupakan zoon politicon, yakni makhluk yang membutuhkan interaksi dengan makhluk lainnya.
Pentingnya untuk menjaga hubungan baik dengan manusia merupakan sesuatu yang amat penting.
Dalam interaksi sosial, manusia akan menemukan ragam sifat dan watak yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut ada banyak hal yang mendasarinya. Dan yang domain yakni, seperti tingkat pendidikan dan lingkungan.
Sikap acuh dan cuek terhadap kondisi sosial dan ekonomi disekitar kita, adalah tindakan yang tidak mencerminkan suatu pribadi yang baik.
Namun, kadang kala perbuatan baik seseorang tak dibalas dengan kebaikan pula, sehingga seringkali menimbulkan rasa kekecewaan yang dapat berakibat orang malas untuk berbuat baik selanjutnya.
Begitu juga sebaliknya pada pihak yang ditolong, hendaknya agar bisa tau diri. Berbuat baik kepada orang yang telah berbuat baik kepada kita adalah perangai yang terpuji.
Kisah 8 orang ini misalnya seperti dilansir dari elitereaders.com, mereka menyesali telah melakukan kebaikan.
1. Membayar Angsuran
Keluarga pak purwo merasa iba melihat sodaranya yang sudah tidak punya penghasilan, ditagih tidak bisa bayar angsuran akibat dampak dari covid 19. Suami istri ini tidak bekerja lagi, dengan maksud niat baik membantu sodaranya, pak Pur membayari angsuran sodaranya sampai lunas.
Dengan perjanjian apa bila mereka sudah bekerja, mereka harus membayar semua utang yg sudah dilunasi, eh setelah mereka bekerja dan punya penghasilan ditagih malah pasang badan ngajakin ribut dan tidak mau bayar hutangnya.
2. Mendonorkan Ginjal
Istri Dendaddy seorang pengguna Reddit yang baik hati bermaksud mendonorkan ginjalnya kepada orang asing namun berakhir dengan sebuah tagihan rumah sakit.
Asuransi penerima ternyata tidak membayar tagihan rumah sakit tersebut secara penuh sehingga mereka harus dihantui tagihan sebesar $10 ribu atau setara Rp1,3 miliar lebih.
2. Apel Untuk Tunawisma
Judith Re pendiri Judith Re Academie membagikan ceritanya, “Saya membeli buah di sebuah truk dimana beberapa orang tunawisma berkumpul di sana. Saya kemudian memberikan apel tersebut pada masing-masing pria tunawisma.”
Kedengarnya niat tulus bukan? Namun salah satu pria kemudian mengatakan kepada Judith “Maaf, tapi kami tidak bisa makan ini karena gigi kami sudah tidak kuat.”
3. Merokok Dan Kehamilan
Veonne Anderson dari Veonne Speaks, LLC, mengenang ceritanya. “Saya melihat seorang wanita hamil merokok, dan saya ingin memberinya sebuah kata yang membuatnya berhenti merokok dan ingat akan bayi dalam kandungannya.”
“Saya mulai dengan mengatakan, betapa cantik penampilannya. Lalu saya bertanya sudah berapa bulan kehamilan ini?”
“Berapa bulan? Apa?” jawab wanita itu. Dia kemudian menjelaskan dirinya hanya gemuk dan tidak hamil.
4. Kasus Ban Kempes
Seorang pengguna Reddit yang tidak disebutkan namanya, melihat sebuah kendaraan dengan ban kempes dan menawarkan bantuan untuk mengantarkan ke bengkel terdekat mencari apa yang mereka butuhkan.
Namun mereka malah memanfaatkannya dan mengambil mobilnya sebagai gantinya.
“Mereka mengendarai mobil saya, mencuri dompet saya, dan tidak berterimakasih,” ujarnya.
5. Pengemis
Black Snow melihat beberapa tunawisma saa berada di Brasil.
“Mereka meminta uang untuk membeli makanan, tapi saya rasa saya bisa berbuat lebih. Saya membelikan mereka sandwich dan air.”
Saat dia pergi salah seorang pengemis beteriak, “Hei, bisakah kamu memberi kami sedikit uang untuk membeli Cokes?” ya, sejenis minuman beralkohol.
6. Sengatan Lebah
Pengguna Reddit Thundernut bermaksud memindahkan pohon yang tumbang yang menghalangi jalananan.
Kemudian dia merasaka sesuau yang menyakitkan di lututnya, segerombolan lebah menyerangnya. Rupanya dia telah menganggu sarang lebah tersebut pada pohon yang tumbang.
Akibatnya dia menghabiskan 3 hari di ranjang rumah.
7. Kemarahan Penumpang Bis
Phantommunky pengguna Reddit lainnya mengingat kejadian yang saudaranya alami. “Dalam perjalanan ke Taiwan saudara laki-laki sedang naik bus dan menawarkan tempat duduknya kepada wanita yang sedang berdiri.”
Wanita itu justru menjerit kepadanya dalam bahasa mandarin.
Dia baru tahu kemudian, budaya di Taiwan menawarkan tempat duduk kepada penumpang lain hanya dilakukan kepada orang tua.
Pantas jika wanita itu berteriak, karena dia belum tua dan tidak mau dianggap tua.
Resiko Menolong Anjing Terjepit
Seorang kawan, menceritakan tentang kesenangannya menolong orang. Dia bukan tipe orang yang tegaan misalnya, melihat orang lain sengsara.
Sepanjang memiliki kemampuan, ia akan berusaha meringankan beban orang lain. Ia selalu merasa senang tatkala orang lain tampak gembira. Bukan sebaliknya, merasa senang tatkala orang lain merasa susah.
Dari pengalamannya menolong orang lain itu, ternyata tidak selalu disambut baik, atau seimbang dengan pertolongan yang diberikannya. Ada saja orang yang baru saja ditolong sudah melupakan petolongan itu, dan bahkan membalas dengan keburukan.
Dia menyebutnya persis menolong anjing terjepit. Setelah terlepas, anjing itu justru menggigit.
Hal demikian itu seolah-olah lazim, hingga meneguhkan peribahasa Jawa yang mengatakan : ‘ditulung mentung’. Seseorang ditolong malah menyakiti orang yang menolongnya.
Manusia memang tidak selalu mampu bersyukur, atau berterima kasih kepada siapapun, termasuk bahkan kepada Tuhan.
Kemampuan bersyukur ternyata bukan selalu terkait dengan jenjang pendidikan seseorang. Tidak selalu bahwa seseorang yang berpendidikan tinggi menjadi pandai bersyukur dan begitu pula sebaliknya.
Yaitu, seseorang yang berpendidikan rendah tidak mampu bersyukur. Bisa jadi, keadaannya justru bisa berbalik, seorang yang jenjang pendidikannya rendah, ternyata sangat pandai bersyukur.
Orang berpendidikan tinggi, selalu pintar berkalkulasi. Tatkala mendapatkan sesuatu maka kemudian menghitung-hitung sebagaimana orang berdagang.
Lewat perhitungan yang dilakukan itu, mereka menyimpulkan, bahwa apa yang diperoleh sudah seimbang dengan apa yang dikeluarkan, atau seolah-olah apa yang diperolehnya sudah dianggap seharusnya diterima dan dianggap sebagai haknya.
Atas anggapan itu, mereka merasa tidak perlu ada pihak lain yang perlu disangkut pautkan dan diapresiasi atas kebaikannya.
Akhirnya, rasa syukur ternyata bukan datang dari kekuatan pikiran atau ranah nalar, melainkan dari kelembutan hati. Memang, seseorang yang kaya ilmu seharusnya juga sekaligus hatinya menjadi lembut, sehingga pandai bersyukur.
Namun ternyata keadaannya tidak selalu demikian. Sekalipun kaya ilmu bisa saja kekuatan ilmunya belum mampu menghaluskan atau menjadikan hatinya lembut.
Antara akal dan hati ternyata tidak selalu sejalan seiring. Bahkan, lebih celaka lagi, tidak sedikit orang yang berilmu tetapi justru ilmunya menjauhkan dirinya dari sifat syukur dan berbuat baik.
Seorang teman yang mengajak bicara lewat tilpun sebagaimana disebutkan di awal tulisan ini mengaku bahwa kadang merasa sulit memahami orang lain.
Latar belakang pendidikan seseorang ternyata tidak selalu berkorelasi dengan perilakunya. Sekalipun sudah ditolong, bukannya berterima kasih, tetapi justru membalas dengan keburukan.
Kejadian itu mengingatkannya pada perilaku anjing. Tatkala dilepas dari posisinya yang sedang terjepit, ternyata anjing itu malah menggigit.
Anjing dimaksud tidak mengerti, bahwa orang yang melepaskannya itu sebenarnya adalah justru menyelamatkannya. Tetapi anehnya, malah digigit.
Dalam peribahasa Jawa : ‘ditulung mentung’. Menolong pun akhirnya beresiko.
Sebenarnya manusia sangat berbeda dari anjing. Mereka tahu, siapa yang telah menolongnya dan seharusnya membalas dengan ucapan terima kasih.
Namun, pada kenyataannya juga tidak selalu begitu. Ada saja orang yang ditolong, tapi ternyata malah membalas dengan keburukan.
Memang, terkadang perilaku manusia menyerupai perilaku anjing. Sudah dibantu, atau dilepas dari kesulitan, sebagaimana anjing dilepas dari benda yang menjepitnya, ternyata malah menganiaya orang yang menolongnya.
Semoga kita semua tidak begitulah. Seharusnya berusaha menghargai pertolongan dan berterima kasih.
Peribahasa dengan Kata Anjing, Penuh dengan Nasihat Baik
Gak melulu bermakna jelek, ada kebaikan di balik ‘anjing’ Kata anjing kerap kali dikonotasikan dengan sesuatu yang negatif.
Kata anjing juga kerap digunakan sebagai kata makian dan umpatan. Meskipun demikian ternyata kata anjing ini dipakai sebagai analogi dalam peribahasa yang memiliki makna begitu dalam.
Melansir dari berbagai sumber, apa saja peribahasa dengan kata anjing yang sarat makna kehidupan? Yuk, disimak sama-sama.
1. Anjing Menggonggong, Kafilah Berlalu
Dalam kehidupan, setiap manusia memiliki permasalahannya masing-masing. Tak sedikit juga yang merasa masalah kehidupan datang tanpa permisi dan bertubi-tubi. Hingga kerap terpikir untuk menyerah karena tidak dapat menemukan dan menyelesaikan permasalahan hidup. Namun, hal ini tidak dibenarkan.
Peribahasa ini menyampaikan pesan, bahwa dalam hidup kita tidak boleh menyerah menghadapi masalah. Setiap masalah dan rintangan dalam hidup pasti berlalu. Jangan sampai menyerah, hadapi masalah kita
2. Tuah Anjing, Celaka Kuda
Setiap manusia sudah digariskan takdirnya masing-masing. Semuanya sudah ditulis dan dirancang dengan mendetail oleh Tuhan. Tentunya kita tidak tahu bagaimana takdir kita, nih.
Peribahasa ini berarti setiap manusia memiliki takdir dan jalannya masing-masing, ada yang beruntung dan ada pula yang celaka. Hal ini tentunya sudah digariskan oleh Tuhan. Namun sebagai manusia kita tidak berhak menentukan takdir kita entah itu beruntung atau celaka.
Yang manusia bisa lakukan adalah berusaha dan berupaya semaksimal mungkin, perihal hasil serahkan pada Tuhan. Oleh karenanya kita tidak boleh menyerah dan melakukan sesuatu secara setengah-setengah. Kita perlu melakukan yang terbaik.
3. Manusia Tertarik Oleh Tanah Airnya, Anjing Tertarik Oleh Piringnya
Nasihat dalam peribahasa ini mengajarkan kita untuk menahan dan mengontrol diri. Orang yang berakal tentunya akan berpikir masak-masak terlebih dahulu dalam memutuskan sesuatu. Terlebih dahulu dilihat sisi baik dan buruknya. Jangan sampai kita salah dalam memutuskan sesuatu. Hanya karena sedikit keuntungan kita tergiur untuk mengorbankan sesuatu yang lebih daripada itu.
Dalam peribahasa ini, anjing menganalogikan manusia bodoh yang hanya memikirkan keperluan perutnya. Apabila sudah kenyang kita tidak menghendaki apa-apa lagi.
Oleh karenanya, manusia perlu bijak dalam memutuskan sesuatu. Jangan hanya memikirkan keuntungan sesaat saja. Kita perlu visioner memandang jauh ke depan.
4. Melepaskan Anjing Terjepit
Peribahasa ini berarti menyelamatkan orang yang tidak tahu membalas budi. Menolong orang lain memang perbuatan yang mulia dan terpuji. Tuhan pun mengatakan demikian untuk selalu berbuat baik kepada setiap makhluk, baik itu manusia, tumbuhan, hewan dan yang lainnya.
Menolong memang harusnya tidak dilakukan dengan mengharapkan pamrih. Menolong hendaknya dilakukan dengan ikhlas tanpa pamrih. Setiap kebaikan yang dilakukan nantinya akan berbuah kebaikan kepada kita.
Yakinilah Tuhan pasti akan membalas kebaikan kita berkali-kali lipat tanpa tahu kapan kebaikan itu akan datang. Oleh karenanya ketika menolong orang lain hendaknya dilakukan dengan ikhlas tanpa mengharap balasan dari orang lain.
5. Anjing Ditepuk Menjungkit Ekor
Kerap kali memang manusia sering merasa sombong. Merasa paling baik dan lebih daripada yang lain dan menyombongkannya pada orang lain.
Peribahasa ini memberikan nasihat untuk tidak sombong dan angkuh ketika baru mendapatkan sedikit kekuasaan. Manusia bodoh yang apabila mendapatkan kebesaran sedikit akan langsung sombong dan jumawa.
Deretan kata ini mengajarkan untuk selalu bersikap rendah hati. Jangan menyombongkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu kita banggakan dan sombong. Karena pada dasarkan manusia memang tidak memiliki hak untuk menyombongkan diri. Manusia sendiri lemah dan tak berdaya. Tanpa kuasa dan karunia Tuhan manusia bukan apa-apa.
Nah, sudah tahu, kan, kalau ternyata kata ‘anjing’ gak selamanya buruk. Jika sudah tahu, maka kamu bisa menggunakan peribahasa ini untuk menginspirasi sekitar untuk memakai bahasa dengan baik, ya.