Jasindopt.com – Keserakahan awal dari kehancuran. Baru-baru ini kita sangat dikagetkan dengan berita yang sangat spektakuler, tidak pernah kita menduga seorang perwira tinggi yang konon katanya sangat intelek bisa melakukan hal bodoh seperti itu. Ini menurut pendapat saya karena lupa dari tujuan awal, berubah menjadi serakah.
Pengertian Serakah (Ketamakan)
Menurut KBBI Serakah adalah selalu hendak memiliki lebih dari yang dimiliki; loba; tamak; rakus: meskipun sudah kaya, ia masih juga hendak mengangkangi harta saudaranya;
ke·se·ra·kah·an kelobaan; ketamakan; kerakusan
Ketamakan berasal dari kata tamak (bahasa Inggris: greed, avarice, cupidity, covetousness; bahasa Latin: avaritia), atau disebut juga keserakahan.
Keserakahan pada umumnya diartikan sebagai keinginan yang sangat besar untuk memiliki kekayaan, barang atau benda bernilai abstrak, dengan maksud menyimpannya untuk dirinya sendiri, jauh melebihi kenyamanan dan kebutuhan dasar untuk hidup yang berlaku pada umumnya.
Pengertian ini diterapkan pada keinginan yang besar dan mencolok dalam upaya mengejar kekayaan, status sosial, dan kekuasaan.
Pernahkah mendengar nama Machiavelli? Machiavelli merupakan tokoh politik Italia dan juga seorang filsuf. Beliau dikenal di masa Renaisans dan merupakan figur utama dalam realitas teori politik.
Namun, tahukah Anda bahwa nama Machiavelli juga dipakai dalam istilah psikologis untuk orang yang gemar menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
Machiavellianisme dalam psikologi mengacu pada kepribadian yang fokus pada kepentingannya sendiri sehingga mereka cenderung akan memanipulasi, menipu, dan mengeksploitasi orang lain untuk mencapai tujuan mereka.
Dikutip dari situs Harley Therapy yang berfokus pada pembahasan psikologi, kepribadian Machiavellianisme merupakan salah satu tipe kepribadian dalam Drak Triad bersamaan dengan kepribadian narsisme dan psikopat.
Istilah tersebut pun memang benar berasal dari referensi tokoh Niccolo Machiavelli. Machiavelli memiliki buku berjudul The Prince.
Pada bukunya tersebut, Machiavelli menyatakan bahwa penguasa yang kuat harus bersikap keras terhadap rakyat dan musuh mereka dan bahwa kemuliaan dan kelangsungan hidup membenarkan segala cara meski pada setiap perbuatan yang tidak bermoral dan brutal.
Pada akhir abad ke-16, istilah Machiavellianisme tersebut menjadi populer untuk menggambarkan seni menipu dan memanipulasi.
Akan tetapi, baru pada tahun 1970-an istilah tersebut termasuk dalam istilah psikologis dicetuskan oleh dua psikolog sosial Richard Christie dan Florence L. Geis.
Keduanya mengembangkan “Skala Machiavellianisme”, yang dapat digunakan untuk menginventarisasi kepribadian sebagai alat utama pengukuran sikap Machiavellianisme dalam diri seseorang.
Tes tersebut mencakup beberapa penyataan berikut ini untuk disetujui atau tidak disetujui oleh orang, sebagaimana ditulis oleh psikolog Dale Hartley MBA, Ph.D. dalam Psychology Today:
- Cara terbaik untuk menangani orang adalah dengan memberi tahu mereka apa yang ingin mereka dengar.
- Menyanjung orang-orang penting adalah hal yang bijaksana, dan
- Perbedaan terbesar antara kebanyakan penjahat dan orang lain adalah bahwa penjahat cukup bodoh untuk ditangkap.
Sementara itu, terdapat lima tanda yang dapat diamati dalam diri seseorang yang memiliki kecenderungan sikap Machiavellianisme dilansir dari Well and Good seperti:
- Suka pada kekuasaan
- Memiliki rasa sinis
- Suka mengeksploitasi orang lain
- Memiliki keinginan untuk berkuasa secara kejam dan egois
- Serta suka melakukan gaslighting atau manipulatif
Ciri-Ciri Orang Serakah
Serakah bukanlah sifat yang patut dipuji. Orang serakah cenderung ingin menguasai segala sesuatunya sendiri.
Salah satu contoh orang serakah adalah mereka selalu menahan diri untuk menolong orang lain. Mereka nggak mau apa yang dimilikinya dibagi kepada orang lain.
Biasanya, demi memuaskan egonya, dia siap menghalalkan segala cara. Orang-orang seperti ini disebut orang yang terkena greed syndrome alias sindrom keserakahan.
Seperti dilansir knowledge.insead.edu, berikut enam ciri orang yang terkena greed syndrome alias sindrom keserakahan.
1. Egois level dewa
Orang serakah biasanya egois tingkat tinggi. Orang serakah mengutamakan kepentingannya sendiri di atas kepentingan orang lain. Tidak peduli nasib orang lain, yang penting saya, saya, dan saya.
Ia tidak akan tertarik untuk memperhatikan dan menolong orang lain. Walau yang membutuhkan sudah di depan mata.
2. Iri dan dengki
Orang serakah tidak rela orang memiliki lebih dari dirinya. Keserahakan dan iri hati itu ibarat anak kembar.
Jika serakah berarti hasrat besar untuk memiliki lebih dan lebih lagi, maka iri adalah keinginan besar untuk memiliki apa yang orang lain miliki punya. Keduanya sejalan.
3. Nggak punya empati
Orang yang terkena sindrom keserakahan tidak mengenal kata kasih dan peduli. Ia hanya mementingkan dirinya sendiri.
Karena itu, mereka cenderung menjadi penyebab orang lain merasa sakit hati. Bahkan tidak bertanggung jawab akan perbuatannya sendiri.
4. Ahli manipulasi
Orang yang serakah selalu berusaha melakukan segala cara agar ia tidak dirugikan. Akibatnya ia sering melakukan sabotase dan manipulasi. Mereka mungkin terlihat baik di luar, namun hatinya penuh rencana busuk.
5. Fokus pada apa yang menguntungkan dirinya sendiri
Mereka hanya peduli pada situasi yang menguntungkan baginya. Ia malas bekerja, namun berharap dapat bonus. Untuk mendapat keuntungan itu, ia tidak segan melakukan cara licik.
6. Menghalalkan segala cara demi kebutuhan materi
Orang serakah menghalalkan segala cara demi kepentingannya. Orang yang serakah tidak memiliki batasan demi memenuhi keinginannya. Mereka akan mengabaikan nilai-nilai moral dan etika demi mencapai tujuannya.
Penyebab Orang Jadi Serakah, Yuk Hindari!
1. Merasa selalu kurang dan gak bisa menahan diri untuk lebih dan terus lebih lagi
Jarang bersyukur dan selalu merasa kurang juga jadi penyebab utama munculnya keserakahan. Senang membandingkan diri dengan mereka yang lebih sukses dan lebih kaya adalah salah satu sumbernya. Kita merasa hanya melalui keserakahan itulah kita bisa sesukses dan sekaya orang-orang di luar sana. Padahal pemahaman begitu jelas banget keliru.
Serakah merupakan perbuatan tidak terpuji yang gak semestinya kita lakukan. Ada baiknya, ketika menyadari kekeliruan ini, kita segera menghindarinya. Sebab, sekali terjebak dalam keserakahan dalam bentuk apapun, kita akan mudah melakukan dan mengulang kesalahan yang sama kembali. Gak mau kan?
2. Terperdaya dengan kenikmatan dunia yang sebenarnya hanya sementara
Orang yang serakah, ingin mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dan hanya berorientasi pada uang dan kekayaan hingga lupa untuk berbuat baik, berbagi, dan melakukan sesuatu yang memberi manfaat bagi orang lain juga biasanya disebabkan karena mereka telah terperdaya. Mereka menganggap dunia ini abadi dan berjalan selama-lamanya. Padahal, jelas-jelas semua ini hanya sementara aja.
3. Lupa bahwa ada hak orang yang mungkin kita ambil karena keserakahan tersebut
Seperti di bahas pada poin sebelumnya, keserakahan juga mungkin sekali muncul dari kekhilafan kita yang membuat diri ini lupa bahwa ada hak orang yang mungkin kita ambil dari sikap serakah tersebut. Kita menutup mata dan enggan mengakui fakta ini sehingga kita jadi sosok yang antagonis bahkan dalam cerita hidup kita sendiri. Duh, jangan sampai ya!
4. Keegoisan yang gak bisa dikendalikan lagi
Rasa egois juga patut disalahkan ketika muncul keinginan untuk bersikap serakah. Keegoisan akan mengantarkan kita pada ketidakpedulian pada orang lain dan bahwa ada banyak orang di luar sana yang masih memiliki kekurangan. Keserakahan kita yang mungkin mendatangkan kerugian bagi orang lain pun menjadi sesuatu yang gak lagi kita pikirkan.
5. Melupakan tujuan awal kita dalam melakukan sesuatu tersebut
Keserakahan bisa terjadi karena sebab yang pertama yaitu melupakan tujuan awal. Misal, seorang influencer yang pada awalnya ingin berkontribusi dalam proses mencerdaskan bangsa melalui konten-konten yang berbobot, tapi karena dia mendapat banyak likes dan dilihat banyak orang dalam salah satu konten konyol, kemudian dia jadi melupakan tujuan awalnya.
Ini adalah contoh kecil dari asal mula munculnya keserakahan dalam diri. Kesalahan dan kekeliruan semacam ini perlu diperbaiki sesegera mungkin agar gak menjadi kebiasaan yang terus berulang kali dilakukan
Cara Menghindari Serakah
Memiliki uang yang banyak itu penting banget untuk menjaga kelangsungan hidup kita karena tanpa uang kita tidak bisa hidup bahagia, tetapi harus ingat uang bukan segalanya. Maka gak mengherankan bila nafsu akan harta bisa membuat kita menghalalkan segala cara demi mendapatkan sebanyak mungkin uang.
Namun tenang saja, sikap buruk seperti ini bukan gak bisa dicegah kok. Sekalipun kamu tetap bersemangat mencari uang, kamu akan terhindar dari keserakahan bila memiliki lima hal di bawah ini.
1. Punya skill yang cukup untuk mendapatkan uang dengan cara halal
Inilah pentingnya mau terus belajar dan mengembangkan diri. Agar dari waktu ke waktu, keterampilanmu bertambah. Jika skill-mu bertambah, sudah pasti itu akan sangat membantumu dalam mendapatkan penghidupan.
Lagi seret di satu bidang, kamu bisa menggunakan keterampilanmu di bidang yang lain. Kamu jadi lebih luwes dalam menemukan celah untuk mendapatkan rezekimu. Kalau skill-mu kurang, pilihan dalam hidupmu menjadi sangat terbatas.
2. Percaya banget karma itu ada
Mungkin kamu pernah mengalaminya sendiri dan benar-benar gak mau hal yang sama terulang kembali. Mungkin juga kamu hanya selalu belajar dari pengalaman orang-orang di sekitarmu. Sampai kamu tiba pada kesimpulan bahwa uang yang diperoleh dengan cara buruk gak akan bertahan lama.
Kalau kamu berbuat curang pada orang lain demi mendapatkan lebih banyak uang, cuma soal waktu untukmu juga akan merasakan sakitnya dicurangi orang lain. Atau gak dicurangi orang lain, tetapi ada saja kebutuhan-kebutuhan mendadak bernilai besar yang membuat tumpukan uangmu ludes juga.
3. Sangat menyayangi diri sendiri dan keluarga sehingga gak mau memberi makan dengan yang haram
Tentu saja kadang kamu juga ingin menyenangkan diri sendiri maupun keluargamu. Namun saat membayangkan kamu menafkahi diri sendiri maupun orang-orang yang menjadi tanggunganmu dengan uang haram, kamu benar-benar gak tega.
4. Gak silau dengan harta, bisa hidup cukup pun sudah amat bersyukur
Jika memang jalan rezekimu bagus, tentu kamu gak akan dengan angkuh menolaknya. Akan tetapi menjadi kaya raya juga bukan tujuan utama dalam hidupmu. Asal gak hidup kekurangan saja bagimu sudah memuaskan.
Pas butuh, pas ada uanganya. Bisa menabung meski gak banyak dan bebas dari lilitan utang. Tentu kamu akan terus bekerja keras demi memperjuangkan kehidupan yang makin baik. Namun itu gak sama dengan menghalalkan segala cara demi mendapatkan lebih banyak uang.
5. Yang terpenting bagimu adalah ketenangan hidup
Kamu tahu bahwa memiliki cukup uang juga akan membuat hidupmu lebih tenang. Selalu ada tabungan kalau-kalau muncul kebutuhan mendesak. Akan tetapi bergelimang harta yang diperoleh dengan cara buruk hanya akan menghancurkan ketenangan hidup.
Itu akan membuatmu selalu merasa khawatir. Bermasalah dengan banyak orang, takut penyelewengan yang kamu lakukan terungkap, dan sebagainya. Kamu tahu gak akan kuat menjalani hidup dengan kondisi begini.
Dengan tugas besar untuk dapat hidup mandiri bahkan menjadi tulang punggung keluarga, memiliki sebanyak mungkin uang memang terdengar amat menggiurkan. Oleh karena itu, milikilah kelima hal di atas agar kamu terhindar dari berbagai masalah di kemudian hari akibat keserakahan.
Bentuk Keserakahan yang Kerap Tak Disadari
Masih ada bentuk lain keserakahan yang bisa jadi kerap kita lakukan. Yuk, cari tahu apa sajakah itu agar kita dapat belajar untuk mengendalikannya.
1. Makan Berlebih
Meski kelihatannya sehat, makan buah dan sayur berlebihan pun akan berakibat buruk pada kesehatan. Apalagi jika kita menjadi mengabaikan pola makan seimbang.
Contoh, meniadakan karbohidrat karena takut gemuk dan mengonsumsi serat sebanyak mungkin. Salah-salah perut justru akan kembung lantaran kebanyakan gas. Belum lagi tubuh lemas karena kekurangan sumber energi.
Bayangkan kalau kita berlebihan dalam mengonsumsi makanan yang kurang sehat. Bakal makin buruk lagi dampaknya. Apa pun makanannya, memang seharusnya dikonsumsi secukupnya saja.
2. Membeli segala yang tak dibutuhkan
Walaupun menggunakan uang sendiri, hitung saja berapa banyak uang yang telah kita sia-siakan. Beraneka barang cuma menumpuk di rumah, dibeli tanpa pernah digunakan.
Jangan mentang-mentang kondisi keuangan lagi bagus banget, terus berlebihan dalam berbelanja, ya! Belilah apa-apa yang akan kita pakai saja biar tidak mubazir.
3. Sudah rebahan seharian masih saja merasa kurang istirahat
Tentu dapat dimaklumi kalau kita baru lembur atau sedang kurang sehat. Akan tetapi, jika setiap hari begini, berarti kita serakah dalam hal memanjakan jiwa dan raga.
Padahal, kebiasaan seperti ini bakal mendekatkan kita pada kemalasan. Sedang kemalasan mendekatkan kita pada kebodohan dan kemiskinan. Ngeri banget gak tuh?
4. Menginginkan seluruh waktu dan perhatian pasangan
Namanya kita mencintai dan ingin dicintai, tentu saja kita menyukai setiap waktu dan perhatian yang diberikan pasangan. Akan tetapi, jangan lantas seperti memaksanya hidup hanya untuk kita, ya!
Sebagaimana kita sendiri, pasangan juga memiliki banyak aspek dan tugas dalam kehidupannya. Ia harus bekerja dengan baik, menjadi bagian dari keluarga dan teman-temannya, serta masih banyak lagi.
Cukuplah dia masih tetap mengistimewakan kita. Gak perlu kita meminta seluruh waktu dan perhatiannya. Nanti malah dia cepat bosan, lho!
5. Terobsesi untuk mampu melakukan sendiri semua hal
Betul, makin banyak yang mampu kita lakukan sendiri memang makin baik. Itu akan mengurangi ketergantungan kita pada orang lain. Namun, apakah mungkin kita bisa melakukan semua hal sendirian?
Tentu saja tidak, kan? Apabila kita terobsesi untuk dapat melakukan sendiri semua hal di dunia ini, kita akan stres. Akui saja bahwa sebagai manusia biasa, kita semua selalu saling membutuhkan.
6. Kepo
Kali ini, kita ingin sekali mengetahui sebanyak mungkin mengenai urusan orang lain. Bukan lantaran kita ingin membantunya melainkan semata-mata penasaran dan biar gak kudet.
Kalau dipikir-pikir, apa pentingnya kita mengetahui semua urusan orang? Kita saja pasti gak nyaman kalau kehidupan kita terus dikepoin orang, kan? Jadi, kenapa kita melakukannya pada orang lain?
Banyak ya, bentuk keserakahan yang kerap tidak kita sadari? Meski saat ini kita masih sering khilaf melakukannya, kita harus belajar untuk mengontrolnya. Sebab pada dasarnya, semua yang berlebihan memang gak bagus buat diri sendiri maupun orang lain.