Jasindopt.com – Generasi Alfa atau lebih tepatnya Generasi Digital adalah kelompok demografi yang menyusul Generasi Z. Para peneliti dan media populer memakai awal 2010-an sebagai awal tahun kelahiran dan pertengahan 2020-an sebagai akhir tahun kelahiran. Mengambil nama dari huruf pertama dalam abjad Yunani, Generasi Alfa adalah orang-orang yang lahir sepanjang abad ke-21. Kebanyakan anggota Generasi Alfa adalah anak-anak dari Milenial.
Menurut Strauss dan Howe dalam bukunya, Generations: The History of America’s Future, perubahan generasi terjadi dalam masyarakat sekitar setiap 20 tahun. Sebagian dari Anda mungkin sudah mengenal Generasi X, Generasi Y atau milenial, dan Generasi Z. Kini, ada istilah baru untuk menyebut generasi selanjutnya, yaitu Generasi Alfa.
Bisa dibilang Generasi Alfa adalah anak dari Generasi Millenials dan adik dari Generasi Z. Kelompok yang masuk ke dalam generasi ini adalah mereka yang lahir di tahun 2010 sampai 2025. Sebutan Generasi Alfa muncul pada tahun 2005, nama ini ditentukan dari hasil survey yang diadakan oleh Mark McCrindle, seorang analis sosial dan demografi.
Karena generasi sebelumnya sudah menggunakan huruf terakhir dari abjad Romawi, akhirnya penamaan diputuskan dengan mengikuti pola abjad Yunani yang diawali dengan ‘alfa’. Sebuah generasi tidak hanya dibentuk berdasarkan orang-orang yang lahir dalam periode waktu yang sama.
Setiap generasi yang tumbuh dan dibesarkan pada tahun berbeda tentunya juga memiliki karakternya masing-masing. Karakter ini dipengaruhi oleh politik, budaya, atau peristiwa yang terjadi pada periode tersebut.
Sebagai contoh, Generasi Baby Boomer yang lahir pada pasca perang di kisaran tahun 40-an sampai 60-an memiliki karakter yang lebih senang terhadap kestabilan. Mereka menjunjung kepemimpinan sehingga sering bertabrakan dengan generasi yang lebih muda.
Lain lagi dengan generasi X yang lebih skeptis dan individualis, kemudian dilanjutkan dengan orang-orang generasi Y yang lebih fleksibel serta lebih toleran terhadap perubahan. Sebenarnya belum terlihat dengan jelas karakter khusus seperti apa yang dimiliki oleh Generasi Alfa, mengingat semua masih berada pada usia anak-anak.
Namun, orang-orang generasi ini diperkiraan tak berbeda jauh dengan Generasi Z dalam soal kelihaian menggunakan teknologi. Bahkan, Generasi Alfa disebut-sebut memiliki potensi lebih tinggi untuk sukses di industri digital jika dibandingkan dengan Generasi Z.
Cara Mendidik Generasi Alpha

Apakah anak Anda salah satunya, Bu? Kalau iya, patut disimak beberapa tips mendidik anak generasi alpha berikut ini. Mendidik anak generasi alpha memang tidak mudah, terlebih jika Ibu saat ini sedang mengasuh 2 anak sekaligus. Meskipun si kecil yang masih menyusu tidak bisa terlepas dari perhatian Ibu, namun si kakak yang masuk generasi alpha juga perlu mendapat perhatian lebih.
Anak yang lahir menjadi generasi alpha memiliki keunggulan berupa teknologi yang telah maju pesat pada zaman mereka lahir. Hal ini menjadi keunggulan lantaran mereka bisa belajar dari sumber manapun, sesuatu yang sulit didapat oleh generasi orang tua kita bahkan awal-awal tahun kelahiran kita, Bu.
Untuk itu tak heran jika para orang tua yang memiliki generasi alpha sebagai bagian dari keluarganya, cenderung royal memberikan fasilitas untuk perkembangan si kecil, seperti membelikan baju yang fashionable, gadget, tab dan elektronik lainnya.
Kalau dulu kita mendapat informasi dari buku atau koran, sekarang ketika zaman internet sudah mengambil alih, generasi alpha bisa mendapat informasi dari manapun. Hal ini membuat wawasan mereka menjadi lebih luas, namun di satu sisi kita sebagai orang tua juga harus pintar membimbing dan mengarahkan informasi mana yang pantas mereka dapatkan.
Keunggulan yang ada pada generasi alpha diantaranya merupakan generasi paling terdidik, kritis, cerdas, dan penuh inovasi. Hal ini tentunya bisa menjadi 2 sisi mata uang bagi perkembangan si kecil, di satu hal ia akan kaya dengan ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi, di lain hal lengkapnya fasilitas beresiko membuat si kecil memiliki daya juang yang rendah.
Nah, tentunya kita ingin mengarahkan si kecil sebagai generasi alpha ke arah yang baik kan, Bu? Hal ini harus menjadi perhatian kita semua sebagai orang tua agar generasi alpha menjadi generasi yang lebih baik. Ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian Ibu sebagai orang tua dalam mendidik si kecil sebagai generasi alpha, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menanamkan Norma Agama Sejak Dini

Akses teknologi yang pesat membuat si kecil terpapar informasi apapun baik positif maupun negatif. Hal ini membuat kita sebagai orang tua harus waspada karena informasi negatif di internet banyak sekali. Dengan ilmu agama yang baik, maka si kecil akan bisa membentengi dirinya dengan baik pula. Oh ya, bila kita sebagai orang tua merasa belum memiliki ilmu agama yang baik, ini saatnya pula belajar juga, lho.
2. Membimbing Anak dalam Berbagai Hal

Perhatikan si kecil dalam kehidupannya sehari-hari, pantau perkembangan dan tingkah lakunya. Apabila si kecil melakukan hal negatif, maka beritahu bahwa yang dilakukannya itu tidak baik. Sebaliknya, bila hal positif yang ia lakukan, maka Ibu juga harus memberikan apresiasi.
3. Menjadi Role Model yang Baik Untuk Anak

Generasi alpha memerlukan sosok yang ingin mereka tiru. Apa yang mereka lihat sejak dini, itulah yang akan mereka lakukan di kemudian hari. Untuk itu, jadilah role model yang baik untuk si kecil ya, Bu.
4. Memiliki Gaya Parenting yang Baik

Bagaimana cara Ibu berkomunikasi kepada si kecil, bagaimana mengajak mereka bicara, mengajarkan si kecil hal-hal baru setiap hari, adalah contoh gaya parenting yang bisa kita terapkan sebagai orang tua. Bila perlu, Ibu bisa membaca banyak literasi atau mengikuti seminar mengenai gaya parenting yang baik untuk si kecil.
5. Menciptakan Iklim Keluarga yang Positif

Hal ini berkaitan dengan hubungan keluarga yang harmonis, sehingga si kecil akan tumbuh menjadi anak yang penuh dengan kasih sayang. Oleh karena itu, keharmonisan dengan pasangan dan seluruh keluarga besar perlu dijaga ya, Bu.
6. Memberikan Permainan yang Tepat untuk Perkembangan Psikologi Anak

Banyak hal yang bisa Ibu lakukan untuk merangsang pertumbuhan otak dan kecerdasan fisik maupun psikologis si kecil sebagai generasi alpha dengan permainan-permainan bermanfaat. Berikan permainan-permainan seru yang sesuai dengan usianya. Hal ini diperlukan agar anak bisa lebih melihat dan merasakan dunia asli, dibanding tontonan lewat gadget nya.
7. Mengasah Kemauan dan Kemampuan Berjuang Pada si Kecil

Mudahnya mendapatkan informasi juga membuat si kecil sebagai generasi alpha menjadi malas dalam mencari tahu sebuah hal. Terlebih, segala fasilitas yang ada membuat si kecil merasa apapun mudah untuk didapat sehingga membuat ia menjadi lebih malas. Ini menjadi tantangan para orang tua dalam memberikan pemahaman kepada mereka untuk mengasah kemampuan dan kemauan nya dalam berjuang.
8. Membiasakan Anak Untuk Bersosialisasi

Tingkah si kecil sebagai generasi alpha bila sudah memegang gadget memang mengkhawatirkan. Terlebih jika ia tampak tidak memperhatikan sekitar bila tengah asyik dengan gadgetnya. Hal ini yang harus diperhatikan oleh orang tua agar mereka bisa juga bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan teman-teman sebaya mereka. Tentunya Ibu tidak ingin si kecil tidak bisa lepas pandangan mata dan jari-jarinya dari gadget, kan?
Memberi gadget biasanya dilakukan oleh para orang tua agar si kecil bisa diam atau tidak mengganggu pekerjaan mereka. Namun apakah hal itu merupakan cara yang bijak? Screen time untuk anak memang diperbolehkan, namun tetap dibatasi penggunaan dan waktunya agar anak tetap fokus dengan dunia nyata.
Karakteristik Negatif Generasi Alpha

Selain itu, ada beberapa karakteristik yang bisa menjadi kerugian generasi alpha. Karakteristik ini sulit dipisahkan dari generasi alpha yang memang dilahirkan di era teknologi. Karakteristik tersebut meliputi:
1. Semua Hal Serba Instan

Teknologi di zaman sekarang membuat semua hal terjadi serba instan yang bisa membawa dampak buruk bagi si kecil, karena ia akan kurang menghargai sebuah proses. Anak akan terbiasa mendapatkan segala sesuatunya dengan cepat, tanpa perlu tahu bagaimana proses mendapatkannya.
2. Individualis dan Kurang Sosialisasi

Si kecil yang telah terbiasa menggunakan kecanggihan teknologi/ gadget cenderung tidak memperhatikan lingkungan sekitar. Bila dibiarkan begitu saja, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang apatis dan individualis.
3. Bergantung pada Gadget

Anak cenderung bergantung pada gadget akibat fasilitas yang diberikan orang tua dan kecanggihan teknologi yang berkembang pesat. Ia cenderung tidak bisa melakukan aktivitas lain tanpa melibatkan gadget.
Keunggulan Generasi Alfa

Anak–anak Generasi Alfa merupakan generasi pertama yang benar-benar telah hidup berdampingan dengan teknologi canggih sejak mereka dilahirkan. Hal tersebut dipaparkan dalam Quest Journal. Dari alasan inilah mereka juga kerap disebut sebagai “generasi digital”.
Pemandangan anak berusia dua tahun yang telah lihai menggunakan perangkat lunak tentu bukanlah pemandangan yang mengherankan di masa sekarang. Untuk mendukung perkembangan ini, beberapa kurikulum pendidikan di beberapa negara mulai menambahkan pelajaran pemrograman komputer pada sekolah dasar dan menengah.
Kurikulum tersebut bertujuan untuk membantu pembentukkan siswa yang kreatif dan mampu menggunakan teknologi untuk menghasilkan solusi dalam memecahkan masalah. Dibesarkan pada era di mana teknologi selalu berkembang secara konstan, Generasi Alfa dapat menjadi peran penting yang sangat berpengaruh terhadap berbagai industri untuk terus berevolusi dan menciptakan inovasi terbaru.
Generasi Alfa juga memberikan dampak pada dinamika dunia. Dengan mudahnya akses dan komunikasi secara global, anak-anak yang termasuk generasi ini mungkin akan lebih mampu memperluas kemampuan komunikasi linguistik mereka.
Membesarkan generasi alfa, yakni anak yang lahir pada tahun 2010-2025 memang tak mudah. Mereka cenderung begitu akrab dengan teknologi, dan mudah beradaptasi di tempat baru. Menurut psikolog Liza M Djaprie si anak generasi alfa ini memiliki kelebihan khusus yang tak dimiliki generasi lainnya.
1. Lebih Digitally Savvy

Mereka akan lebih cepat menangkap pelajaran melalui komputer atau kelas yang aktif. Hal itu membuat mereka lebih senang.
2. Keahlian Mereka Lebih Terspesialisasi

Dari kecil, anak-anak generasi ini sudah tampak kelebihannya, misalnya si kecil sangat terlihat kelebihannya di bidang seni, sementara orangtua masih sangat konservatif di mana anak pintar adalah anak yang memiliki nilai yang bagus dalam mata pelajaran. Ini akibat eksposur internet sejak kecil. Jadi dia bisa menentukan kira-kira minatku di mana. Minatnya sudah super terspesialisasi,”
3. Lebih Cepat Terpapar Informasi

Karena mereka akrab dengan internet, mereka juga lebih banyak memiliki informasi tentang dunia luar, termasuk hal-hal yang tidak ada di sekitarnya, seperti kutub atau luar negeri.
4. Lebih Kritis dan Informatif

Orangtua yang memiliki anak dari generasi alfa, diharapkan tidak kaget dengan pertanyaan-pertanyaan kritis si kecil. Orangtua justru harus membekali diri dengan informasi agar bisa membimbing anak.
5. Mereka Lebih Peduli Terhadap Lingkunganya

Bila anak dari generasi alfa dibesarkan dengan baik, mereka akan sangat peduli dengan lingkungannya. Kepeduliannya bahkan mampu memberi perubahan yang berarti dan ini sangat berbeda dengan generasi yang lain.
6. Mereka Akan Jauh Lebih Flexible

Mereka sangat mampu beradaptasi di lingkungan yang beragam.
7. Mereka Nyaman dengan AI dan Telemedicine

Akan ada masanya mereka akan berkomunikai dengan dokter melalui email, berobat hanya melalui komputer, dan lebih suka bertanya kepada internet tentang segala hal.
8. Mereka Calon Digital Master and Creative Enterpreneur

Jika mereka diizinkan untuk tumbuh berkembang, tanpa norma-norm yang terlalu kaku,” ujar Liza.
Resiko yang Mengintai Generasi Alpha

Dari segala kelebihannya, ternyata anak-anak yang termasuk dalam generasi ini juga diperkirakan memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap masalah kesehatan mental. Beberapa di antaranya adalah gangguan kecemasan dan depresi. Hal ini tak mengherankan, mengingat anak dituntut untuk selalu menjadi progresif. Dunia yang mendorong mereka agar selalu bergerak lebih cepat tentu juga dapat memberi tekanan pada anak terutama di bidang akademis.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk bekerja sama dengan guru di sekolah agar dapat selalu mengetahui bagaimana perkembangannya. Konsultasi dengan guru juga membantu Anda dalam menyusun strategi untuk menghindari berbagai masalah yang mungkin dapat muncul di kemudian hari.
Selain itu, Generasi Alfa juga dinilai cenderung lebih asyik dengan gadgetnya. Maka, penting bagi Anda untuk batasi juga waktu anak di depan gawai atau televisi. Jangan jadikan gadget sebagai senjata untuk menenangkan anak ketika ia merengek. Nantinya, kebiasaan ini secara tak sadar akan membuat anak jadi kecanduan gadget.
Seperti yang sudah banyak diketahui, membiarkan anak terlalu lama terpapar gawai juga memiliki bahaya untuk kesehatannya. Terkadang, penggunaan gawai pada anak bisa dipengaruhi oleh seberapa sering melihat orang tuanya berkutat dengan gadget tersebut. Cobalah untuk tak terlalu sering melihat ponsel terutama di beberapa kesempatan seperti saat makan malam atau pada akhir minggu.
Tingkatkan komunikasi Anda dan anak dengan sering mengajaknya berbicara dan bercerita. Luangkan juga waktu untuk bermain di luar ruangan bersama anak. Sesekali, ajak juga teman-teman sepantarannya, hal ini sekaligus akan melatih kemampuan bersosial si kecil.
Selain keunggulan di atas, ada resiko-resiko dan kerugian yang mungkin dialami si kecil sebagai generasi alpha dalam perkembangannya. Apa saja, Bu?
- Anak rentan terpapar konten pornografi.
- Anak beresiko menelan mentah-mentah konten/ informasi yang tidak sesuai dengan usianya, sehingga ia akan menerima informasi yang belum saatnya ia dapatkan atau belum tentu benar kebenarannya.
- Anak rentan terkena stres atau beban psikologis karena melihat/ mendengar sesuatu yang belum saatnya dikonsumsi untuk anak seusianya
Nah, itulah beberapa hal yang harus diperhatikan bagi para orang tua dalam mendidik generasi alpha agar tidak salah jalan. Bagaimana Bu, sudah siap membawa anak-anak kita menuju keberhasilan bersamaan dengan pesatnya teknologi?